Selasa, 15 Juli 2008

Kalender Sunda yang Kini Hanya Tinggal Kenangan

MASYARAKAT Sunda buhun sebenarnya sudah memiliki dan memakai sistem penanggalan yang disebut Kala Sunda, dengan perhitungan kalender (kala ider).

Kala Sunda tersebut, menurut budayawan Ali Sastramidjaja, terbagi tiga yaitu Kala Surya, Kala Candra, dan Kala Sukra. Perhitungan kalender tersebut kini sudah tidak dipakai masyarakat Sunda sendiri, dan boleh dikatakan sudah raib dari kehidupan tradisi Sunda.

"Mengenai Kala Surya merupakan perhitungan kalender yang berdasarkan pada matahari, Kala Candra perhitungan kalender berdasarkan pada bulan, dan Kala Sukra perhitungan kalender berdasarkan pada bintang," ujarnya kemarin dalam pleno 2 Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) I.

Dalam uraian tentang hari, ia menjelaskan istilah-istilah waktu dalam sehari semalam, misalnya: meletek srangenge (terbit fajar), isuk-isuk (pagi-pagi), haneut moyan, pecat sawed, dan seterusnya. Untuk mengetahui waktu dalam sehari semalam itu masyarakat Sunda dahulu telah menetapkan tangara (tanda, ciri) di antaranya dengan memukul kohkol.

Sedang nama-nama hari yang dipergunakan dalam kalender Sunda dimulai Radite/Dite (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buda (Rabu), Respati (Kamis), Sukra (Jumat), dan Tumpek (Sabtu).

Menurut Ali, yang masih menggunakan istilah-istilah ini sampai sekarang adalah masyarakat Baduy.

"Untuk perhitungan bulan yang dipergunakan dalam kalender Sunda adalah berdasarkan peredaran bulan di langit. Yang menjadi pengamatan dalam perhitungan ini yaitu dari purnama (bulan penuh) hingga purnama lagi," paparnya.

Dari pengamatan ini ternyata lamanya waktu peredaran bulan itu silih berganti, 29 dan 30 hari sehingga jika dirata-ratakan menjadi 29,5 hari dalam setiap bulan.

Ada kelebihan dari masyarakat Sunda yang berkaitan dengan hitungan hari, yaitu dihitung sampai hitungan 30 (hijian, belasan, likuran), sedangkan dalam masyarakat lain hanya sampai hitungan 20.

Dalam Kala Surya, menurut Ali, bulan ke-1 sampai ke-12 diistilahkan sebagai Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawalu, Kasanga, Kadasa, Hapitlemah, dan Hapitkayu. Sedangkan nama bulan dalam Kala Candra, Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yetsa, Asada, Srawana, Badra, dan Asuji.

Untuk perhitungan tahun, masyarakat Sunda memulai pada saat matahari berada di sebelah selatan. "Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kedudukan kita sebagai orang Sunda berada di Selatan. Bertemunya bayang-bayang dari Selatan hingga ke Selatan lagi selama 365 hari," ungkapnya.

Dalam paparannya tentang Kala Sunda, Ali Sastramidjaja mencoba untuk melihatnya lebih teliti lewat perhitungan-perhitungan yang cermat. Ini membuktikan salah satu dari kekayaan masyarakat Sunda yang telah memiliki peradaban tinggi. Namun kalender tersebut kini hanya tinggal sejarah. Sayang.

By : Pikiran Rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar